Karma.Masa Lalu
“Satria, jam berapa sekarang? Kok sudah mau berangkat kerja.” tanya ibunya yang heran melihatnya mengeluarkan motor yang dibeli dengan cara kredit. Walau pada awalnya Ibunya keberatan Satria mengambil kreditan motor.
“Dari pada kamu kredit motor, uang gajinya kamu tabung buat beli motor kontan gak pake kredit.” kata Ibu memberinya masukan.
“Kenapa harus malu kredit kalau kredit sudah menjadi gaya hidup.” Satria mengeluarkan argumen yang sebenarnya gak nyambung dengan saran ibunya.
“Kalau kesiangan jalan macet, Bu.!” jawab Satria mencium tangan ibunya.
“Kamu gak sarapan dulu?” tanya ibunya. Pandangan matanya berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi pada anaknya.
“Nanti aja di jalan, Bu.” jawab Satria sambil mengucapkan salam.
Perlahan Satria menjalankan motornya menyusuri gang kecil yang hanya bisa dilalui satu motor. Apabila berpapasan dengan motor lain, salah satunya harus mengalah memberi jalan kepada motor lainnya. Sebuah aturan yang tidak tertulus namun dipatuhi setiap pengendara motor.
Di jalan raya Satria memacu motor denvan cepat, dia tidak mau telat menjemput gadis itu. Beberapa hari ini Satria gagal berangkat kerja bareng gadis itu. Satria segera menghentikan motornya di sebuah pintu masuk gang, menunggu gadis itu keluar.
∆∆∆∆∆
Asysyfa namanya, seorang gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana, membuatnya tidak bisa menginjak bangku kuliah seperti yang dicita citakannya dulu. Tidak kuliah bukan berarti masa depannya menjadi suram. Keyakinan yang selalu membuatnya merasa optimis.
“Kamu belum berangkat kerja?” tanya ibunya dari pintu kamar yang terbuka menatap anak semata wayangnya yang sedang merapikan jilbab yang dikenakannya. Jilbab yang membuatnya terlibat semakin cantik.
“Iya, Bu.!” Syifa bangkit berdiri mengambil tas yang tergantung di dinding. Sekali lagi dia melihat wajahnya di cermin kecil yang menempel di dindinh untuk memastikan jilbab yang dipakainya sudah terpasang rapi.
“Syifa berangkatndulu, Bu.!” Syifa mencium tangan ibunya dan juga kedua pipinya. Begitu kebiasaan yang ditanamkan ke dua orang tuanya sejak kecil.
Kepergian Syifa dilepas ibunya sampai pintu. Ibunya melihat Syifa yang berjalan gemulai, pantatnya yang bulat dan sekal bergerak indah setiap kali kakinya melangkah. Tanpa disadari Syifa, pinggulnya selalu mengundang decak kagum setiap pria yang melihatnha dan juga membuat iri para wanita.
Syifa berjalan menyusuri jalan sempit yang padat oleh pemukiman penduduk. Bibirnya tersenyum menyapa setiap orang yang dikenalnya. Senyum yang membuatnya semakin cantik. Tidak terasa ahirnya sampai juga di pinggir jalan raya. Belom sempat tangannya menyetup sebuah angkot.
“Syifa, bareng yuk!” ajak seorang pemuda yang menghentikan motornya tepat di sampingnya. Tawaran yang sangat sayang kalau dilewatkan. Lumayan bisa menghemat ongkos, apa lagi dia tahu tempat kerja pemuda itu melewati tempat kerjanya.
“Enggak ah, nanti kamu kena tilang lagi gara gara Syifa gak pake helm.” Syifa menolak halus saat terahir kali dia nebeng, pemuda itu kena tilang gara gara Syifa tidak memakai helm.
“Aku bawa helm dua.” pemuda itu tertawa memperlihatkan helm yang memang sengaja dia persiapkan untuk membonceng Syifa dan itu artinya Syifa tidak bisa menolak ajakan pemuda itu..
Syifa menerima helm dari tangan satria dan langsung memakainya, hatinya berbunga bunga dibonceng Satria yang diam diam selalu mengisi mimpi mimpinya selama beberapa bulan ini.
“Pegangan yang kenceng.” kata Satria mengingatkan Syifa untuk memegang perutnya. Yentu saja, posisi duduk Syifa yang menyamping membuat gadis itu mudah terjatuh tanpa berpegangan.
Satria menjalankan motornya dengan berhati hati agar gadis yang diboncengnya merasa nyaman. Dan waktu tempuh akan menjadi lebih lama dan semakin lama dia bersama Syifa. Tanpa disadarinya Satria tersenyum senang. Satria berdoa agar jalanan macet semacet macetnya.
Sayangnya waktu akan terasa berjalan terlalu cepat saat berdua dengan orang yang dicintai. Satria menghentikan motornya tepat di depan mini market tempat Syifa bekerja. Gadis itu turun dan menyerahkan helm yang dipakainya.
“Makasih ya, Sat..!” Syifa berusaha memberikan sebyum termanisnya untuk Satria yang membalasnya dengan anggukan kepala.
Satria melihat Syifa yang berjalan masuk mini market dengan helm yang masih dipegangnya. Diciumnya bagian dalam helm yang baru saja dibelinya minggu lalu. Helm yang sengaja disiapkan untuk dipakai Syifa. Satria berharap ada aroma kepala Syifa yang menempel di helmnya. Satria tidak menyadari semua yang dilakukanya dilihat oleh Syifa dari dalam mini market.
Setelah puas menciumi helm yang dikenakan Syifa, Satria melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja yang sudah dekat.
Satria segera masuk sebuah Toko perlengkapan bayi tempatnya bekerja.
∆∆∆∆∆
Wulan Dheandra, seorang gadis cantik yatim piatu yang mandiri. Dengan harta peninggalan orang tuanya yang cukup banyak, Wulan membeli sebuah ruko dan membuka toko perlengkapan bayi yang semakin berkembang, sehingga kuliahnya terbengkalai.Usaha yang dirintisnya sejak setahun yang lalu.
Setelah ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya dua tahun yang lalu. Selama setahun dia makan daru tabungan dan bunga deposito warisan ibunya yang berlimpah. Hingga suatu hari dia lewat jalan ini dan melihat Ruko yang akan dijual, tanpa pikie panjang Wulan membelinya. Dan ternyata usahanya berkembang pesat.
Wulan berdiri di depan meja rias memandang tubuhnya yang bugil. Bibirnya tersenyum puas melihat bentuk tubuhnya yang sexy terutama dengan ukuran payudaranya deng Cup D, tentu akan membuat setiap lelaki bangkit nafsunya.
Tapi untuk apa kecantikan dan tubuh sexy kalau pemuda yang dicintainya tidak bisa dia miliki. Pemuda yang membuatnya tergila gila.
Terbayang olehnya seorang pemuda yang bekerja di tokonya. Pemuda yang mampu menarik perhatiannya, tapi sayang pemuda itu terlalu cuek dengannya. Apa karena dia adalah bosnya membuat pemuda itu minder?
“Teh Wulan, ini bon bon kiriman barang yang kemarin.!” suara pemuda yang menawab hatinya terdengar menyejukkan. Suara yang setiap hari didengar dan selalu dirindukannya.
“Masuk..!” Wulan menyuruh pemuda itu masuk, namun wajahnya menjadi pucat saat sadar keadaanya yang sedang dalam keadaan bugil.
Belum sempat Wulan meralat perkataannya dan melarang pemuda itu masuk. Terlambat, pemuda itu sudah masuk. Matanya terbelalak melihat Wulan yang berdiri bugil.
∆∆∆∆∆
Dina Amanda Putri gadis cantik yang berasal dari keluarga berada. Terbiasa dengan gelimang harta membuatnya menjadi gadis manja, yang rapuh. Hidupnya cenderung mengikuti aturan yang dibuat oleh orang tuanya terutama ayahnya yang sangat keras. Entah bagaimana caranya, ayahnya selalu tahu apa yang dilakukan olehnya di luar sana.
“Kamu sudah mau berangkat kuliah?” tanya ibunya heran melihatnya sudah rapi dengan balutan celana jeans ketat dipadu tshirt tangan panjang yang mencetak tubuh indahnya yang membuat setiap lelaki yang melihatnya tidak mampu berpaling darinya.
“Iya Mah, mau mampir ke rumah Wulan dulu.” Dina mencium tangan Ibunya yang terlihat bangat dengan kecantikan putrinya. Kecantikan yang diwariskan dari ibunya. “Kalian seperti pinang dibelah dua.” begitu yang selalu dikatakan ayah dan orang orang yang melihatnya.
Dina mengeluh dalam hati karena tidak melihat ayahnya. Itu berarti ayahnya tidak pulang, entah tidur di mana. Sudah beberapa hari dia tidak melihat ayahnya dan Dina tidak mempunyai keberanian untuk bertanya pada ibunya. Itu hanya akan membuat ibunya sedih.
Dengan memakai motor metic kesayangannya, Dina menuju Ruko Rahma sahabatnya yang terletak agak jauh dari rumahnya. Dengan waktu tempuh 30 menit dalam keadaan normal dan akan menjadi lebih lama kalau macet
“Wulan ada di atas?” tanya Dina kepada salah seorang penjaga toko. Matanya berkeliling mencari keberadaan seseorang. Dina tidak menemukan orang yang dicarinya.
“Ada di atas, Teh..!” kata gadis itu memberikan senyum termanisnya untuk Dina yang sering mentraktir mereka makan
Sebenarnya dia ingin bertanya tentang pemuda itu, tapi rasa malu dan gengsi membuatya tidak jadi bertanya. Toch nanti juga dia akan melihat pemuda itu.
Dina berjalan menaiki tangga langsung menuju kamar Wulan di lantai atas. Dia melihat kamar Wulan terbuka dan terdengar teriakan Wulan yang membuatnya terkejut.
Bersambung…